Kamis, 14 Januari 2016

Kebudayaan Di Daerah Dataran Tinggi Dieng – Ruwatan Rambut Gembel


Sebelum kita membahas tentang kebudayaan Ruwatan Rambut Gembel, akan lebih baik jika kita membahas mengenai latar belakang diadakannya Ruwatan Rambut Gembel. Sebuah fenomena unik di dataran tinggi Dieng yang tidak di temukan di daerah lain di Indonesia. Sebuah Legenda yang menjadi historis di masyarakat pegunungan tinggi Dieng, anak Gembel (Bajang) hingga kini masih menjadi misteri tentang awal mula keberadaannya.


Bagi penduduk di lereng gunung Dieng dan gunung Sindoro mungkin sudah tidak menjadi hal yang asing lagi di mata masyarakat. Rambut gembel tumbuh secara alami hanya pada anak-anak. Meski tidak terbukti secara medis, tapi biasanya rambut gembel tersebut muncul disertai demam tinggi, mengigau dalam tidur. Gejala ini baru berhenti ketika rambut anak tersebut kusut dan menyatu.

Namun dewasa ini anak berambut Gembel atau anak bajang kian populer bagi sebagian orang yang baru melihat ketika berkunjung ke dataran tinggi Dieng. Anak-anak kecil yang berusia satu hingga tujuh tahun memiliki keunikan pada rambutnya. Cerita yang beredar di penduduk setempat ternyata anak yang mempunyai rambut gembel bukan menjadi sesuatu yang aneh namun justru mendapat perlakuan yang istimewa, penuh perhatian dan kasih sayang.

Sebuah tradisi turun temurun di sekitar lereng pegunungan dieng dan sindoro masih berlangsung hingga sekarang. Acara pencukuran atau ruwatan untuk anak-anak yang mengalami kelainan pada rambutnya yaitu gembel, yang mana rambut gembel di anggap sebagai titipan yang harus di kembalikan kepada sang pemiliknya.

Ritual Ruwatan Rambut Gembel adalah peninggalan leluhur yang hingga sekarang masih menjadi tradisi turun-temurun di Dataran Tinggi Dieng. Berdasarkan mitos, gembel dianggap sebagai bala (petaka) sehingga anak yang telah dipangkas rambut gembelnya akan menjadi anak baik yang panjang umur dan banyak rejeki. Sebaliknya, jika tidak dicukur ia akan menjadi anak nakal.

Budaya pencukuran rambut gembel yang di lakukan di perkampungan memang cukup sederhana sekali misal ketika si anak sudah ingin di cukur dan meminta hadiah kepada orang tua atau saudara maka rambut tersebut bisa tumbuh normal kembali. Dan rangkaian ruwatan yang di awali dengan memberikan permintaan si anak dan melakukan syukuran, kemudian melarungkan rambut gembel tersebut ke aliran sungai yang mengalir.

Seperti kebiasaan yang ada di tengah -tengah masyarakat dieng apabila ada dari seorang anak gembel yang akan di cukur, tetangga di sekitar rumah juga di undang sebagai saksi ruwatan itu, tetangga yang di undang juga berkewajiban memakai uang koin (receh) yang nantinya akan di berikan kepada si anak tersebut, kemudian si anak yang sudah di potong rambutnya akan mengelilingi para tamu undangan sambil membawa piring atau mangkuk yang akan di isi oleh para tamu. setelah prosesi selesai maka acara penutup dengan do’a dan makan bersama (kenduri).

Seiring dengan kemajuan jaman bahwa anak berambut gembel menjadi sebuah legenda di dataran tinggi dieng. Sehingga kelompok-kelompok sadar wisata di dataran tinggi dieng mengangkat tradisi ruwat rambut gembel untuk dalam sebuah acara tahunan dengan acara intinya yaitu pencukuran rambut gembel  secara kolosal (pekan budaya) atau event Dieng Culture Festival (DCF).

Dalam event tersebut acara ruwat rambut gembel di kemas apik melalui beberapa tahap prosesi seperti napak tilas, arak-arakan, jamasan,  pencukuran, ngalap berkah, dan terakhir pelarungan. Acara Dieng Culture Festival juga menjadi serbuan wisatawan yang hendak berkunjung ke pegunungan dieng untuk menyaksikan langsung proses ruwat rambut gembel tersebut.

Prosesi potong rambut gembel dilakukan oleh Tetua adat dengan dibantu oleh tokoh masyarakat setempat, yakni para pejabat kota setempat, dan didampingi oleh orang tua masing-masing. Kemudian, setelah pencukuran selesai, rambut dijadikan satu dengan jajanan pasar, kembang telon (bunga tiga warna), lalu dilarung ke sungai Serayu, yang akan mengalir ke Laut Selatan. Acara diakhiri dengan pembagian hasil bumi oleh masyarakat sekitar.

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan CERDAS!! Makasih ^^

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More